Situs web ini dibangun dan dipersembahkan sebagai kanal penyebarluasan hasil kerja-kerja digitalisasi kami, Yayasan Sastra Lestari (Yasri). Sejak 1997, kami turut ambil bagian dalam upaya penyelamatan dan pelestarian karya-karya sastra daerah Nusantara, utamanya sastra Jawa. Ribuan judul karya sastra Jawa sebagian besar sudah kami salin ke teks digital; selebihnya, dalam bentuk citraan digital.
Pakubuwana V (1785–1823, bertakhta 1820–3)
Materi koleksi digital kami, untuk sementara waktu, dikhususkan pada naskah sastra Jawa dari Jawa Tengah dan sekitarnya yang digubah pada akhir abad ke-18, sepanjang abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Naskahnya berupa tulisan tangan (carik) maupun cetakan (cithak). Metrumnya ada yang prosa (gancaran), ada yang puisi (tembang).
Karya-karya yang termasuk langka itu nyaris seluruhnya dianggit dalam aksara Jawa. Kerja kami, selain mengetik dan memotret, juga mengalihaksarakan aksara Jawa itu ke aksara Latin. Salinan ditampilkan persis sesuai sumbernya. Catatan-kaki kami bubuhkan sebagai usulan atau masukan manakala ditemukan hal-hal yang dirasa kurang jelas, kurang valid, atau kurang sempurna penulisannya.
Tujuan kerja kami, dengan demikian, adalah mendedikasikan diri sebagai salah satu sumber digital terpercaya tempat data-data primer sastra Jawa dapat dibaca, ditelusuri, dan dikaji secara mahardika oleh siapa saja. Untuk itu, kami berkomitmen menempuh langkah-langkah berkesinambungan yang diiringi peningkatan layanan, termasuk dengan terus melengkapi judul karya sastra berikut informasinya, serta menyempurnakan fasilitas dan peranti yang telah ada.
Kamus-Jawa pertama
Pada 1844, Pratinjau (proeve) Kamus-Jawa, untuk kali pertama hadir, di Batavia. Penerbitnya Pemerintah Hindia-Belanda. Barulah tiga tahun kemudian, pada 1847, Kamus-Jawa pertama diterbit, di Amsterdam. Johannes Müller penerbitnya. Pratinjau 1844 dan Publikasi 1847 bagaimanapun, berbeda, begitu pula penyusun meskipun para pelopor studi Jawa itu saling baku-bantu, berkolaborasi satu setengah dekade lebih.
Penyusun Pratinjau 1844 adalah C. F. Winter (1799–1859) dan J. A. Wilkens (1813–88). Keduanya adalah pegawai negeri Indo-Eropa yang bekerja sebagai tenaga penerjemah pada Residen Surakarta. Adapun penyusun Publikasi 1847 adalah dua ahli bahasa Eropa, perwakilan dari Nederlands Bijbelgenootschap (Perhimpunan Alkitab Belanda), J. F. C. Gericke (1799–1857) dan T. Roorda (1801–74).
Kolaborasi empat sarjana itu (tentu ada juga lainnya) melahirkan analisis pertama yang sistematis-terstruktur tentang bahasa Jawa. Kamus-Jawa pertama terus ditumbuhkembangkan. Semata-mata karena alasan opsi pendekatan, kedua terbitan itu memilih arah pengembangan yang berbeda.
Segera setelah Pratinjau 1844 diterbitkan, Winter dan Wilkens terus melengkapi kamusnya. Sebelum Winter tutup usia pada 1859, 26 jilid (masing-masing dari 70 hingga 300 halaman) tuntas sudah (LOr 2250A–B). Wilkens lantas sendirian melanjutkan. Hingga berpulang pada 1888, Wilkens berhasil menyusun 43 jilid (masing-masing sekitar 220 halaman) dalam bentuk manuskrip (LOr 3069).
Banyak terinspirasi oleh ketekunan Winter dan Wilkens dan bantuan dari kolega Eropa dan Jawa, Gericke dan Roorda pun terlecut menyempurnakan kamusnya. Semeninggal Gericke pada 1857, Roorda bergiat menyelesiakan edisi-II. Malang tak dapat ditampik, belum juga edisi-II rampung, Roorda menyusul Gericke pada 1874. Adalah A. C. Vreede (1840–1908), seorang Indolog guru besar bahasa dan sastra Jawa (terutama bahasa Madura) di Universitas Leiden, atas dukungan koleganya, didapuk untuk menyelesaikan penerbitannya. Alhasil, edisi-II terbit pada 1875. Edisi-III terbit satu dekade kemudian, pada 1886, Vreede pula yang menerbitkan.
Butuh separuh abad lebih buat menyatukan adikarya para pelopor ini hingga membuahkan kamus Jawa yang lebih lengkap. Pada 1881–7, di Surakarta, seorang yang menjadi pengajar di Gymnasium Koning Willem III di Batavia (kini menjadi Perpustakan Nasional) bernama J. G. H. Gunning (1856–1914) mengerjakan alih-aksara manuskrip kamus Winter-Wilkens. Vreede lalu menggunakan transkripsi Gunning tersebut untuk melengkapi edisi-IV. Edisi yang sekaligus menjadi yang terakhir dari kamus Gericke-Roorda itu terbit pada 1901.
Sebermula dapat 17.629 entri pada edisi pertama (Publikasi 1847), setelah dilengkapi dengan naskah Wilkens, pada edisi-IV jumlah entrinya jadi berlipat ganda: 35.798. Sebagai penghargaan, sejumlah pengamat mendorong perlunya memasukkan nama Winter dan Wilkens sebagai penulis — juga nama orang-orang Jawa yang membantunya — dalam Kamus-Jawa pertama ini.