/sastra/katalog/judul/judul.inx.php
Lampahanipun Ringgit Gêdhog, Leiden University Libraries (Or. 6428), 1902, #1034 | ||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Katalog # | : | 1034 | ||||||||||||||||
Jumlah kata | : | 91.921 | ||||||||||||||||
Koleksi (digital) :
| ||||||||||||||||||
Ikhtisar : Kumpulan ringkasan cerita Panji ini terdiri-dari 51 balungan lakon. Sesuai dengan sifatnya sebagai balungan lakon, maka dapat dilihat dari teks aslinya yang hanya menyuguhkan cerita garis besar saja. Tidak dijumpai narasi yang panjang, deskriptif, apalagi rinci. Balungan lakon adalah kerangka atau garis besar rangkaian adegan per adegan yang digunakan oleh para dalang sebagai acuan utama (pakem) dalam mempergelarkan lakon secara utuh. Dalang dalam hal ini adalah dalang wayang gedog di Yogyakarta pada paruh pertama abad ke-19.Lampahanipun Ringgit Gêdhog (LOr 6248) ini memuat sekitar 44.500 kata. Penyalinannya mencantumkan transkripsi dan terjemahannya dari bahasa Jawa ke Bahasa Indonesia dengan sedekat mungkin (diplomatik). Glosarium ditambahkan untuk kata-kata atau istilah bahasa Jawa yang tidak diterjemahkan, kemudian diikuti dengan keterangan. Naskah ini berasal dari koleksi G. A. J. Hazeu (1870–1929) yang disalin oleh Mas Ngabèi Wăngsadipura, seorang priyayi dari Kepatihan Yogyakarta atas permintaan Hazeu (Pigeaud 1968, Vol. 2, hlm. 374–5). Penyalinan Wăngsadipura dilakukan pada AJ 1832 (1902), berdasarkan naskah yang ditulis setengah abad sebelumnya, tepatnya pada tahun AJ 1782 (1854). Wiratama (2021) menemukan versi dari naskah-naskah ini yang mirip dan lebih tua lagi di Sana Budaya (W88/SK 25 205). Temuan tersebut mencakup 48 lakon, bertarikh AJ 1764 (1836–7). Pada kurun waktu tersebut (awal abad ke-19 dan akhir abad ke-18), ditemukan naskah-naskah lain yang disusun untuk wayang gedog. Sebut saja, British Library MSS Jav 23, 34, 44, dan 62. Pada tahun 1869, T. Roorda juga menerbitkan dua teks wayang gedog dari Grissee (Gresik), salah satunya digambarkan oleh Gunning (1896) sebagai panduan (handleiding) bagi dalang (lihat: Roorda's Pandji-Verhalen in het Javaansch). Kini, minat peneliti pada wayang gedog semakin mendapat perhatian. Salah satunya adalah kajian awal pengenalan-kembali wayang gedog melalui deskripsi yang luas dari naskah (LOr. 6428) ini, termasuk juga transkripsi dan ringkasannya, oleh Wiratama (2021). Lihat lebih lanjut di: Pakem Pedhalangan Wayang Gedhog Gaya Yogyakarta. Rudy Wiratama, Yogyakarta: Mirra Buana Media, 2021. |
Deskripsi
Judul | ||
Dalam | : | Sêrat Pakêm Lampahanipun Ringgit Gêdhog |
Sub-judul | : | Ingkang kangge ing nagari Ngayogyakarta Adiningrat |
Tipe | : | Naskah |
Bentuk | : | Prosa |
Bahasa | : | Jawa |
Aksara | : | Jawa |
Penyusun | ||
Jumlah | : | 1 dari 2 |
Peran | : | Penyalin |
Nama | : | Mas Ngabèi Wăngsadipura |
Tempat | : | Kepatihan Yogyakarta |
Tanggal | : | Sênèn Lêgi 18 Jumadilakir Je: AJ 1832. Tanggal Masehi: Senin 22 September 1902. |
Jilid | ||
Halaman | : | 256 |
Sumber | ||
Katalog | : | Leiden University Libraries Or. 6428 Digital |
Ukuran | : | 21 x 34,5 cm. (Pigeaud 1968, Vol. 2, hlm. 374–5) |
Ukuran teks | : | 16 x 30 cm., 29 baris (Pigeaud 1968, Vol. 2, hlm. 374–5) |
Digitalisasi | ||
Tanggal | : | 2022-11-01 |
Sumber dari | : | Leiden University Libraries Or. 6428 Digital |
Pemindaian | : | Leiden University Libraries |
Pengalihaksaraan | : | Yayasan Sastra Lestari |
Pengetikan | : | Yayasan Sastra Lestari |