/sastra/katalog/judul/judul.inx.php
Sêrat Bantên, British Library (Add MS 12304), 1787, #1036 | ||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Katalog # | : | 1036 | ||||||||
Jumlah kata | : | 31.782 | ||||||||
Koleksi (digital) :
| ||||||||||
Ikhtisar : Sêrat Bantên (Add MS 12304) adalah kisah sejarah Banten pada paruh pertama abad ke-17. Diawali dengan jatuhnya Jakarta ke tangan Kumpeni atau VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie, Maskapai Dagang Hindia-Timur) pada 1619. Disusul dengan uraian kronologis peristiwa-peristiwa sejarah dalam bentuk tanya-jawab dua tokoh: Sandimaya dan Sandisastra.Peristiwa sejarah termaksud antara lain: Mataram menyerang Kumpeni di Batavia; Pabaranang (Banten membakar kapalnya sendiri) sebagai strategi menerobos blokade-laut Kumpeni; Pasingaranu (Mataram menumpas pembangkangan Dipati Ukur); Banten mengirim utusan resminya ke Mekah dan ketika pulang disambut upacara kebesaran. Selanjutnya: Palumbung (pemberontakan terhadap Banten); ancaman invasi Mataram terhadap Banten; Pacarêbon (invasi Cirebon ke Banten); hingga pertempuran hebat Banten melawan Kumpeni yang dipungkasi dengan ditekennya traktat damai pada 1659. Seturut catatan di halaman depan, pemilik naskah Sêrat Bantên (Add MS 12304) adalah Mas Danuwikrama dan ditulis (nêrat) oleh Radèn Wirakusuma dari Danurêjan, Yogyakarta. Digubah dengan aksara Jawa dan dalam metrum macapat pada 1787, naskah ini merupakan edisi lebih tua dari golongan manuskrip Sajarah Banten yang sekurang-kurangnya telah dikaji-diteliti oleh Hoesein Djajadiningrat (1913) dan Titik Pudjiastuti (2015). Meski hanya mencakup paruh kedua Sajarah Banten (LOr 7389) — manuskrip terlengkap golongan tersebut — ditinjau dari segi bahasa dan aturan tembang macapat, Sêrat Bantên ini merupakan sumber amat berharga. Berisi 36 pupuh, 1.025 bait, 7.476 gatra, dan mencakup 26.342 kata (berdasarkan bait), Sêrat Bantên hampir identik dengan pupuh 31–66 dari Sajarah Banten (LOr 7389) yang beraksara Arab (pegon) itu. Terdapat perbedaan tingkat pemahaman bahasa Jawa di masing-masing salinan. Pada Sajarah Banten (LOr 7389), aksara pegon-nya cukup banyak kesalahan dalam penyalinan kata bahasa Jawa dan kebertaatan terhadap kaidah metrum macapatnya. Adapun Sêrat Bantên, ia manuskrip Jawa yang ditulis secara sangat baik. Di dalamnya ditemukan 17 bait tambahan (tak berurutan); pada bagian pamungkasnya tersua satu pupuh Dhangdhanggula dalam tulisan tangan berbeda yang tiada berhubungan dan tiba-tiba berakhir di pertengahan bait 32-nya. Berbeda dengan Sajarah Banten, Sêrat Bantên tidak memuat referensi ke manuskrip asli tempat edisi ini disalin. Kendati demikian, kronologi sangkala dari keduanya punya kesamaan meski acap kali bentuknya berbeda sehingga, tentu, tahunnya pun berbeda. Untuk kajian berperspektif sejarah terkait golongan manuskrip Sajarah Bantên, lihat Hoesein Djajadiningrat, Tinjauan Kritis tentang Sajarah Banten, Jakarta: Penerbit Djambatan, 1983. Adapun untuk kajian teks dan terjemahannya, lihat Titik Pudjiastuti, Menyusuri Jejak Kesultanan Banten, Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2015. |
Deskripsi
Judul | ||
Lain | : | Sêrat Bantên |
Tipe | : | Naskah |
Bentuk | : | Tembang |
Bahasa | : | Jawa |
Aksara | : | Jawa |
Penyusun | ||
Tanggal | : | Anggara (Slasa) Pon nêm (6) Rajab (Rêjêb) Wawu: tri săngka winuruk dèn nrêpati (AJ 1713). Tanggal Masehi: Selasa 24 April 1787. |
Jilid | ||
Halaman | : | 284 (142 folio). |
Sumber | ||
Katalog | : | British Library Add MS 12304 Digital |
Ukuran | : | 230 x 150 mm., 13 baris per halaman. |
Kertas | : | Dluwang. Lihat deskripsi di: British Library. |
Penomoran | : | ff. i–vi + ff. 1–142 + ff. vii–xi. |
Digitalisasi | ||
Tanggal | : | 2023-02-02 |
Sumber dari | : | British Library Add MS 12304 Digital |
Pemindaian | : | British Library |
Pengalihaksaraan | : | Yayasan Sastra Lestari |
Pengetikan | : | Yayasan Sastra Lestari |