/sastra/katalog/judul/judul.inx.php
Sêrat Maliawan, British Library (Add MS 12291), 1814, #1038
Katalog #:1038
Jumlah kata:41.832
Sêrat Maliawan, British Library (Add MS 12291), 1814, #1038: Citra 1 dari 6
Sêrat Maliawan, British Library (Add MS 12291), 1814, #1038: Citra 2 dari 6
Sêrat Maliawan, British Library (Add MS 12291), 1814, #1038: Citra 3 dari 6
Sêrat Maliawan, British Library (Add MS 12291), 1814, #1038: Citra 4 dari 6
Sêrat Maliawan, British Library (Add MS 12291), 1814, #1038: Citra 5 dari 6
Sêrat Maliawan, British Library (Add MS 12291), 1814, #1038: Citra 6 dari 6
Koleksi (digital) :
1. Sêrat Maliawan, British Library (Add MS 12291), 1814, #1038 (Pupuh 01–15). Kategori: Bahasa dan Budaya > Wayang. Tanggal diunggah: 14-Sep-2023. Jumlah kata: 13.614. Berapa kali dibuka: 1.605.
2. Sêrat Maliawan, British Library (Add MS 12291), 1814, #1038 (Pupuh 16–30). Kategori: Bahasa dan Budaya > Wayang. Tanggal diunggah: 14-Sep-2023. Jumlah kata: 13.793. Berapa kali dibuka: 830.
3. Sêrat Maliawan, British Library (Add MS 12291), 1814, #1038 (Pupuh 31–48). Kategori: Bahasa dan Budaya > Wayang. Tanggal diunggah: 14-Sep-2023. Jumlah kata: 14.425. Berapa kali dibuka: 838.
» Sêrat Maliawan, British Library (Add MS 12291), 1814, #1038. Pangkalan-data > Tembang macapat.
Ikhtisar :
Cerita Maliawan (Malyawan, Mangliawan) adalah bagian dari cerita epik Jawa Kuno (kakawin) yang mengisahkan kemenangan Dewa Wisnu atas musuh-musuh para dewa (Pigeaud 1967, hlm. 190). Cerita Maliawan diyakini berasal dari Hariçraya yang merupakan petilan Uttara Kanda, buku epik Ramayana (Poerbatjaraka 1952, hlm. 55).

Edisi naskah yang ini, yakni Sêrat Maliawan, disusun dalam bahasa Jawa modern bermetrum tembang macapat. Meski demikian, masih ditemukan sejumlah kata yang tak lazim dalam khazanah bahasa Jawa modern. Dengan analisis lebih lanjut, kata-kata tersebut jadi mungkin ditemukan kaitannya dengan versi asli bahasa Jawa Kuno.

Naskah Sêrat Maliawan ini terdiri dari 48 pupuh, 1.271 bait, 10.400 gatra, dan mencakup 38.570 kata (berdasarkan bait). Di dalamnya tersua variasi aturan pupuh Kinanthi, yakni pada Pupuh 26 dan 33. Disebut variasi aturan karena di kedua pupuh Kinanthi itu gatranya ada 8—metrum Kinanthi lumrahnya mencakup 6 gatra.

Penulis naskah juga menggunakan sejenis bentuk "sastra laku" tempat huruf terakhir dari sebuah kata diulangi/dipinjam sebagai huruf terawal dari kata berikutnya. Sedemikian rupa sehingga, kedua kata tersebut tak dapat dipisahkan dalam transkripsi ini dan dibubuhkan catatan kaki penjelasan. Berikut adalah ringkasan cerita Sêrat Maliawan sebagaimana tersurat dalam naskah ini.

Cerita diawali dengan deskripsi Kerajaan Selagringging yang kemasyhurannya sudah ke mana-mana. Tanahnya subur. Rakyatnya makmur. Rajanya bernama Semali, sosok raksasa gagah-perkasa nan sakti-mandraguna.

Raja Semali punya istri dan putri jelita. Masing-masing bernama Ken Sukeseh dan Sukesi. Banyak sudah raja berdatangan untuk meminang Sukesi, namun tiada satu pun yang cocok apalagi diterima.

Raja Semali punya adik, laki-laki, namanya Maliawan. Maliawan tengah sakit keras yang belum kunjung ditemukan obatnya. Suatu tempo, Raja Semali memasuki Pura Gedhongseluman, tempat Maliawan dirawat. Melalui mata batinnya, Raja Semali jadi tahu musabab sakit adiknya itu: gandrung-kasmaran pada Dewi Sri, seorang bidadari dari Kaedran, Suraloka.

Raja Semali berbisik, "Hai Adinda, bangunlah. Kupenuhi segala keinginanmu!"

Seketika itu pula Maliawan sembuh dari sakitnya. Raja Semali coba menasihati sang adik tentang risiko jatuh hati pada Dewi Sri. Itu sebuah larangan dari dewa: manusia biasa tidak boleh mencintai bidadari. Terlebih-lebih, Dewi Sri adalah istri Batara Wisnu. Namun, keinginan Maliawan tak cukup mempan oleh nasihat kakaknya. Sang kakak akhirnya berlepas tangan, ia hanya bisa menuruti keinginan sang adik untuk menyerang Suraloka.

Raja Semali mengutus Patih Durgakala dan Kalasinga agar menyiapkan semua prajurit raksasa untuk mengiringi Maliawan menuju Kaendran, melamar Dewi Sri. Sesampai di Suraloka, Maliawan dan para prajurit langsung dihadang oleh Batara Brama, Batara Denda, dan Batara Gangga. Laga kedua pihak pun tak bisa dihindari. Pasukan Durgakala-Durgasinga kalah oleh ketiga batara tersebut. Maliawan murka, ganti menyerang, dan semua batara kocar-kacir berhasil ditundukkan. Kata Batara Narada, hanya Batara Wisnu yang bisa mengalahkan Maliawan.

Maliawan lanjut bergerak menuju Repatepanasan, tempat Batara Wisnu dan Dewi Sri tinggal bersinggasana. Batara Wisnu menitahkan anaknya, Srigati, untuk menghadapi Maliawan. Srigati dibantu Sang Hyang Basuki. Srigati kalah, gugur, lalu moksa. Sang Hyang Basuki pun. Sebelum moksa, pada Maliawan, Sang Hyang Basuki mengaku kalah sembari melontar sabda, "Suatu hari kelak, di dunia, aku akan membalasmu dengan menitis menjadi Leksmana, adik Sri Rama!"

Sang Semar melaporkan gugurnya Srigati kepada Batara Wisnu. Batara Wisnu bergegas turun dengan menenteng pusaka andalannya: cakra. Maliawan pun tumbang.

Sebelum raganya moksa, Maliawan melangitkan sabda: "Kelak, di dunia, aku akan menitis pada diri Sang Rahwana dari Kerajaan Ngalengka, dan akan kujumpai kamu dalam perang!"

Hyang Wisnu membalas, "Tiadalah saya gentar menghadapimu biar sejengkal jua. Ya, kita akan berlaga. Dan, ingat-ingatlah, kelak namaku adalah Sri Rama."

Deskripsi

Judul
Dalam:Sêrat Maliawan
Tipe:Naskah
Bentuk:Tembang
Bahasa:Jawa
Aksara:Jawa
Penyusun
Tanggal:Tumpak Kaliwon (Sêtu Kliwon) Sapar Jimawal: jalma kăndha mawèng ratu (AJ 1741). Tanggal Masehi: Sabtu 19 Februari 1814.
Jilid
Halaman:270 (135 folio)
Sumber
Katalog:British Library MS 12291 Digital
Ukuran:235 x 190 mm.
Ukuran teks:15 baris per halaman.
Kertas:Kertas Inggris, watermarked "1808" (f. 11), "V E I C" (f. 135). Lihat deskripsi di: British Library.
Penomoran:ff. i–ii + ff. 1–135 + ff. i–vii.
Digitalisasi
Tanggal:2023-05-01
Sumber dari:British Library MS 12291 Digital
Pemindaian:British Library
Pengalih­aksaraan:Yayasan Sastra Lestari
Pengetikan:Yayasan Sastra Lestari