/sastra/katalog/judul/judul.inx.php
Panji Marabangun, British Library (Or 15026), 1861, #1040
Katalog #:1040
Jumlah kata:47.441
Panji Marabangun, British Library (Or 15026), 1861, #1040: Citra 1 dari 8
Panji Marabangun, British Library (Or 15026), 1861, #1040: Citra 2 dari 8
Panji Marabangun, British Library (Or 15026), 1861, #1040: Citra 3 dari 8
Panji Marabangun, British Library (Or 15026), 1861, #1040: Citra 4 dari 8
Panji Marabangun, British Library (Or 15026), 1861, #1040: Citra 5 dari 8
Panji Marabangun, British Library (Or 15026), 1861, #1040: Citra 6 dari 8
Panji Marabangun, British Library (Or 15026), 1861, #1040: Citra 7 dari 8
Panji Marabangun, British Library (Or 15026), 1861, #1040: Citra 8 dari 8
Koleksi (digital) :
1. Panji Marabangun, British Library (Or 15026), 1861, #1040 (Pupuh 01-17). Kategori: Kisah, Cerita dan Kronikal > Cerita. Tanggal diunggah: 17-Jul-2024. Jumlah kata: 14.853. Berapa kali dibuka: 473.
2. Panji Marabangun, British Library (Or 15026), 1861, #1040 (Pupuh 18-36). Kategori: Kisah, Cerita dan Kronikal > Cerita. Tanggal diunggah: 17-Jul-2024. Jumlah kata: 15.652. Berapa kali dibuka: 263.
3. Panji Marabangun, British Library (Or 15026), 1861, #1040 (Pupuh 37-54). Kategori: Kisah, Cerita dan Kronikal > Cerita. Tanggal diunggah: 17-Jul-2024. Jumlah kata: 15.066. Berapa kali dibuka: 256.
» Panji Marabangun, British Library (Or 15026), 1861, #1040 (Ringkasan). Kategori: Kisah, Cerita dan Kronikal > Cerita. Tanggal diunggah: 17-Jul-2024. Jumlah kata: 1.870. Berapa kali dibuka: 350.
» Panji Marabangun, British Library (Or 15026), 1861, #1040. Pangkalan-data > Tembang macapat.
Ikhtisar :
Raden Panji Marabangun adalah putra utama Kerajaan Jenggala. Kisah hidupnya kental akan intrik dan asmara. Disalin sekitar medio abad ke-19 secara anonim, Panji Marabangun ditaburi ilustrasi memesona untuk mengekalkan adegan-adegan terpilihnya. Jumlah ilustrasi, jika dihitung per halaman, mencapai 41 gambar berwarna; beberapa di antaranya merentang dua halaman. Redaksi telah memberikan deskripsi tambahan untuk ilustrasi-ilustrasi ini. Tanggal Jawa yang tertera pada bait pembuka naskah tidak jelas dan tidak klop dengan tanggal Masehi yang juga disebutkan, 7 Mei 1861.

Kisah diwiwiti dengan latar sebuah negeri bernama Jenggala yang rajanya, Prabu Dewakusuma, tengah digebah gundah. Penyebabnya, Raden Panji Marabangun, putra utamanya, sedang terpukul akibat kehilangan sang istri, Dewi Candrakirana. Panji memutuskan untuk mencari istrinya, namun petunjuk dewa memintanya untuk mengurungkan niat itu karena Candrakirana akan kembali sendiri.

Di desa Jagalan, ada seorang gadis, buruk rupa, mendaku-daku sebagai Dewi Sekartaji. Ia gunakan ilmu sirep pengasihan untuk menipu orang-orang Jenggala, sampai-sampai Prabu Dewakusuma dan Patih Kudanawarsa pun tersirep. Namanya, Retna Cindaga.

Panji Marabangun dan Dewi Candrakirana harus menempuh berbagai petualangan, pertempuran, hingga penyamaran dalam usahanya kembali ke Jenggala setelah terpisah akibat serangan musuh dan musibah di laut. Demi mencari istrinya, Panji menghadapi berbagai musuh hingga menyamar sebagai abdi Prabu Ngurawan. Sementara itu, demi menemukan suaminya, Dewi Candrakirana beralih wujud sebagai laki-laki yang akhirnya menjadi Raja Bali.

Pungkas kisah, setelah berhasil menumpas musuh dan kembali bersatu, Panji Marabangun dan Dewi Candrakirana membuka jati dirinya. Keduanya lalu kembali ke Daha, menghadap Prabu Dewakusuma; dan selanjutnya pulang ke Jenggala, melanjutkan hidup sebagai sejoli yang bahagia. Untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif, disajikan ringkasan dari cerita ini di pranala berikut: Panji Marabangun (Ringkasan).

Digubah dalam metrum macapat, Panji Marabangun berisi 54 pupuh, 1.592 bait, 11.977 gatra, dan 42.423 kata (berdasarkan bait). Pengarang atau penyalin manuskrip ini tampaknya akrab dengan aturan-aturan macapat Jawa modern. Minimnya kesalahan dalam jumlah suku kata (guru wilangan) dan rima (guru lagu) mengindikasikan bahwa naskah ini besar kemungkinan berasal dari pedalaman atau wilayah tengah Jawa.

Kendati demikian, ejaan kosakata Jawa-nya terasa kurang standar dibandingkan dengan bahasa Jawa pedalaman. Contohnya, di sana-sini kita bisa menemukan kata yang dieja sesuai pelafalan; misal: "sêtjarahe" [sêjarahe], "bêtthara" [bêthara], "kêtdhatun" [kêdhatun], "Kêtdhiri" [Kêdhiri], "pêtjah" [pêjah], "sêtjati" [sêjati], atau "wêtcana" [wêcana]. Ini praktik berbahasa yang lazim di wilayah utara atau timur laut Jawa. Jelas bahwa, alih-alih mematuhi kaidah ejaan bahasa Jawa, ia lebih mengikuti lafal penulis.

Deskripsi

Judul
Tipe:Naskah
Bentuk:Tembang
Bahasa:Jawa
Aksara:Jawa
Penyusun
Tanggal:7 Mei 1861.
Jilid
Halaman:235 (ganda)
Gambar:1 iluminasi (ganda), 41 ilustrasi/halaman—beberapa ilustrasi ada yang melintas dua halaman.
Sumber
Katalog:British Library Or 15026 Digital
Penomoran:443 faksimili digital.
Digitalisasi
Tanggal:2024-07-17
Sumber dari:British Library Or 15026 Digital
Pemindaian:British Library
Pengalih­aksaraan:Yayasan Sastra Lestari
Pengetikan:Yayasan Sastra Lestari