/sastra/katalog/judul/judul.inx.php
Pêthikan Saking Kabar Angin, Padmasusastra, c. 1901–5, #39
Katalog #:39
Jumlah kata:34.699
Pêthikan Saking Kabar Angin, Padmasusastra, c. 1901–5, #39: Citra 1 dari 4
Pêthikan Saking Kabar Angin, Padmasusastra, c. 1901–5, #39: Citra 2 dari 4
Pêthikan Saking Kabar Angin, Padmasusastra, c. 1901–5, #39: Citra 3 dari 4
Pêthikan Saking Kabar Angin, Padmasusastra, c. 1901–5, #39: Citra 4 dari 4
Koleksi (digital) :
1. Pêthikan Saking Kabar Angin, Padmasusastra, c. 1901–5, #39 (Hlm. 001–105). Kategori: Kisah, Cerita dan Kronikal > Novel. Tanggal diunggah: 5-Sep-2010. Jumlah kata: 11.452. Berapa kali dibuka: 5.521.
2. Pêthikan Saking Kabar Angin, Padmasusastra, c. 1901–5, #39 (Hlm. 106–212). Kategori: Kisah, Cerita dan Kronikal > Novel. Tanggal diunggah: 5-Sep-2010. Jumlah kata: 11.360. Berapa kali dibuka: 3.433.
3. Pêthikan Saking Kabar Angin, Padmasusastra, c. 1901–5, #39 (Hlm. 213–318). Kategori: Kisah, Cerita dan Kronikal > Novel. Tanggal diunggah: 5-Sep-2010. Jumlah kata: 11.887. Berapa kali dibuka: 3.643.
Ikhtisar :
Kisah raja dari kerajaan Marutamanda yang bernama Prabu Sindung Aliwawar. Dia mempunyai anak bernama Prabu Timur. Prabu Timur mempunyai dua anak bernama Raden Prakempa dan Dewi Bantarangin. Raden Prakempa tidak patuh pada aturan ayahnya, dia menjadi pedagang dengan mengarungi samudra. Akhirnya Raden Prakempa dirampok oleh bajag laut, setelah hartanya dirampas lalu dijual sebagai budak kepada Juragan Bayubajra. Raden Prakempa akhirnya bertobat, merasa berdosa kepada orang tuanya. Karena kepandaian dan kebaikannya, Raden Prakempa dinikahkan dengan putrinya yang bernama Dewi Erawati. Adapun saudara Dewi Erawati yang bernama Jaka Erawana mengabdi ke kerajaan Marutamanda, yang akhirnya dijadikan menantu oleh raja, dinikahkan dengan saudara Raden Prakempa yang bernama Dewi Bantarangin. Dalam pelayarannya, Jaka Erawana dan Raden Prakempa dirampok oleh bajag laut, namun mereka berhasil meloloskan diri. Akhirnya setelah menyusun kekuatan, berhasil menaklukkan bajak laut. Kemudian mendirikan kerajaan baru di pulau tersebut. Raden Prakempa beserta seluruh rakyat akhirnya musnah karena gunung yang ada di pulau tersebut meletus. Serat Kabar Angin ini merupakan salah satu dari empat karya besar Padmasusastra (1843–1926). Keempat naskah karya ini bercerita tentang empat anasir alam: angin, api, air dan bumi; mulai dari nama tokoh, setting tempat, penceritaan, semua dikemas dengan topik unsur anasir alamnya. Selain Serat Kabar Angin (angin) ini, empat karya ini termasuk: Sêrat Rangsang Tuban (air) (1912); Sêrat Prabangkara (api) (1921); dan Sêrat Kăndha Bumi (bumi) (1924).

Deskripsi

Judul
Dalam:Pêthikan Saking Kabar Angin
Series dari:Published as a supplement to the Radya Pustaka organ Sasadara
Tipe:Terbitan
Bentuk:Prosa
Bahasa:Jawa
Aksara:Jawa
Penyusun
Peran:Pengarang
Nama:Ngabèi Wirapustaka
Jilid
Penerbit:Vogel van der Heyde & Co.
Tempat:Surakarta
Tanggal:c. 1901-05
Halaman:316
Sumber
Sumber #:1 dari 2
Katalog:Yayasan Sastra Lestari #39 Fotokopi
Ukuran:18,3 x 11,5 cm.
Ukuran teks:12,8 x 9 cm.
Hilang:1
Penomoran:1 Verbetering [tanpa nomor halaman] + judul dalam + 1 halaman kosong + 1–316 + 1 errata [tanpa nomor halaman] + 1 halaman kosong + 3 Inhoud [tanpa nomor halaman]. Angka Jawa. Hilang 1 halaman.
Digitalisasi
Tanggal:2002-06-13
Sumber dari:Yayasan Sastra Lestari #39 Fotokopi
Pengalih­aksaraan:Yayasan Sastra Lestari
Pengetikan:Yayasan Sastra Lestari